426Please respect copyright.PENANA74mZ8L2Pp1
426Please respect copyright.PENANA4kCTRptfIP
Hari selanjutnya, Mereka berempat mencoba mencari pekerjaan lagi. Namun, lagi-lagi seperti kemarin mereka ditolak oleh orang-orang. Lantas menyerah dan pulang ke rumah. Begitupun rasa lelah dan lapar meski waktu makan siang masih dua jam lagi.
Nora sejak kehilang sosok ayah ia jadi lebih manja. Sangat suka mengekori ibunya. Saat ini Meldina tengah pergi mencoba mencari pekerjaan. Awalnya pun ia tak mengizinkan Nora ikut, tetapi karena rengekannya Meldina mengalah.
"Kalau begini, aku harus benar-benar pergi," ujar Theon di tengah keheningan mereka berempat di meja makan. Tempat yang menjadi berkumpulnya keluarga ini.
"Aku juga ikut." Seperti kemarin Seema juga ingin pergi bersama kakaknya.
"Tidak, kau akan tetap di sini. Ingat, kau perempuan." Lagi, Theon seperti kemarin juga, menolak.
"Apa kau bilang? karena aku seorang perempuan, jadi tak boleh pergi bekerja di tempat jauh." Seema menghela napas dan langsung mengebrak meja cukup kuat. "Hei! Aku juga bisa jaga diri, ingat umur kita hanya berbeda setahun," sungut Seema yang tak terima dia direndahkan.
Theon kesal, ia akan segera berkata lagi. Namun, Genio menyelanya. "Ya, sudah, kita berangkat semuanya."
"Gila, ibu bagaimana, hah!" Sentak Theon.
"Biasa saja, jangan berbicara seperti itu kepada Genio." Seema menatap dan berkata dengan nada yang tak kalah kesal juga.
Mereka berdua mulai berdebat. Karena Theon masih menolak keinginan Seema. Sedangkan Genio langsung terdiam, dia takut ketika kakaknya sudah marah. Gea yang berada di antara mereka, menonton dengan diam. Sampai ketika Theon dan Seema saling meninggikan suara.
Gea tiba-tiba merasakan sakit di kepala. Memegang kepala yang memakai ikat kepala oleh kain Merah maroon sehingga menutupi seluruh keningnya. Ia tak tahu kenapa, tapi kata Meldina ada luka yang tak ingin membuat Gea merasa malu. Ia sempat ingin melepaskan, tetapi Meldina melarang. Bahkan ketika mengganti ikan kepala pun harus Meldina yang melakukannya. Karena ia ingin jadi anak penurut, Gea tak pernah protes lagi soal itu.
"Aakh!" teriak Gea saat rasa sakit itu terasa begitu menyakitka. Membuat Theon dan Seema langsung menghentikan berdebatan yang tak tahu kapan selesainya.
Genio yang kebetulan berada di dekat Gea langsung memegang bahunya.
"Hei, Gea, ada apa?"
Theon dan Seema segera menghampiri Gea yang kini kedua tangannya memegang kepala kuat-kuat.
Di tengah rasa sakitnya, ia mendengar suara loceng saling saling bersahutan memenuhi indra pendengarannya. Lantas tubuhnya lemas dan pingsan.
****
Putih dan menyilaukan.
Gea membuka mata secara perlahan. Lantas ia terkejut, dirinya entah ada di mana di sini hanya warna putih dan sinar yang sangat terang di depannya.
Gea berdiri dari posisi duduknya. Sesekali ia pun harus menghalangi sinar itu dengan tangan kananya.
"Mengapa aku di sini?" batinya dengan penuh tanya.
Ia hanya berdiam di tempat sampai suara merdu nan lembut terdengar jelas.
"Kemarilah, ini sudah waktunya semua terlepas."
"Si-siapa itu?" tentu saja Gea takut. Apakah ia mati? Pikirnya yang mulai gemetaran.
"Ayo! Melangkahlah. Jangan takut, kau tidak mati justru kau akan abadi."
Suara itu muncul lagi, seakan-akan juga dapat membaca pikiran Gea. Gea pun tak luput dari kata penasaran. Baiklah, ia mulai menghilangkan rasa takut itu dan perlahan-lahan melangkah. Menuju cahaya yang menyilaukan.
Makin mendekati cahaya itu, semakin menyilaukan bagi mata Gea serta entah dari mana rasa sejuk terasa diseluruh badannya. Cahaya itu pun perlahan lenyap.
Semuanya berubah gelap dan Gea tak merasakan apapun.
"Gea! Gea! Bangunlah, jangan pergi." Meldina memanggil-manggil anak tengahnya dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
Ketika perjalanan pulang, dia berpapasan dengan Genio tang terburu-buru. Lantas memberitahukan apa yang sedang terjadi.
Seperti waktu itu Meldina langsung panik, ia berlari sembari memegang tangan Nora.
Saat tiba di rumah dan melihat keadaan Gea yang terbaring dengan lemah seperti menahan sakit. Seketika itu jugan air matanya luruh, hal itu sangat mengingatkan dengan sosok Jaswan, suami tercintanya.
"Lihat! Matanya mulai terbuka," ujar Seema yang langsung membuat yang lain menatap ke arah Gea.
Gea perlahan-lahan membuka matanya, ketika telah membuka mata sepenuhnya Meldina langsung memeluk putrinya dengan rasa syukur yang besar. "Akhirnya kau bangun."
Segera, ketika Meldina melepaskan pelukannya Nora langsung memberikan air putih yang langsung diminum oleh Gea. Yang lain langsung merasa lega, terlebih lagi Theon yang berdiri di ambang pintu kamar Seema dan Gea.
Semuanya membiarkan Gea merasa tenang beberapa saat kemudian mulai mengajukan pertanyaan.
"Gea, tadi kenapa? Kau sakit?" tanya Seema terlebih dahulu dan ia hanya mendapatkan jawaban dengan gelengan lemah dari Gea.
"Aku tidak tahu, tiba-tiba kepalaku sakit dan tak ingat apapun." Meski, aku tak tahu apa yang tadi aku alami itu. Sambung Gea dalam hatinya. Ia masih belum berani menceritakan hal-hal aneh. Apalagi takut membuat ibunya merasa khawatir karena hal itu.
"Kalau begitu, mengapa kau bisa tak sadarkan diri selama tiga jam?" tanya Genio yang tengah berdiri dekat Theon. Hal itu membuat Gea cukup terkejut. Namun, Gea hanya menggelengkan kepalanya lagi. Yang lain pun mempunyai pikiran yang sama dengan Genio.
Meldina mengusap lembut puncak kepala Gea. "Ya, sudah, istirahat saja. Mungkin kamu kecapean."
Meldina pun langsung menyuruh yang lain ke luar kamar. Lantas mereka kembali berkumpul di meja makan.
"Mungkin gara-gara kalian berdua yang saling berteriak." Genio langsung berkata ketika ia baru saja mendudukan diri di kursi.
Sontak hal itu langsung dipeloti oleh Theon dan Seema. Lantas keduanya berpaling menatap sang ibu, Meldina.
"Maksudnya, kalian bertengkar? Apa yang menjadi penyebabkan. Sudah ibu katakan kalian sudah besar jangan bertengkar di depan adik-adik kalian," tutur Meldina dengan menatap keduanya yang menunduk.
"Kami hanya berdebat soal kemarin," Seema menjawab dengan nada rendah.
"Karena dia ingin ikut pergi juga bersamaku, ibu." Theon menimpal dengan sedikit menegakkan kepalanya.
"Aku juga bisa menjaga diri." Seema berkata dengan rasa kesal seperti tadi.
Saat Theon akan membalas perkataan Seema, Meldina langsung menghentikan itu.
"Sudah, hentikan. Lagipula ibu belum mengatakan setuju atau tidak untukmu Theon."
Semua terdiam, Nora dan Genio hanya menonton tanpa ingin ikut terlibat. Setelahnya, Meldina pergi meninggalkan meja makan, ia pergi masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan keheningan di meja makan.
426Please respect copyright.PENANAu3BA21lRmx
426Please respect copyright.PENANAu2ZOUbxYEy
426Please respect copyright.PENANA8zRgFD4t7Z
426Please respect copyright.PENANAhX2qDapvyY
426Please respect copyright.PENANA6otFLLwDFa
426Please respect copyright.PENANAoNIgHfEENg
426Please respect copyright.PENANABtQFIZnOYI
426Please respect copyright.PENANAdx2XVOJGCX
426Please respect copyright.PENANAQPXSPtaN3u
426Please respect copyright.PENANAha8RpwUVsa
426Please respect copyright.PENANAoPA9uUfid1
426Please respect copyright.PENANAGIx4e3NICH
426Please respect copyright.PENANAOjHCObVLTI
426Please respect copyright.PENANAF0RQA2kt8K
426Please respect copyright.PENANAIQEWtGxtgT
426Please respect copyright.PENANA2q9TCSqN2w
426Please respect copyright.PENANAbYZ6yDaxcG
426Please respect copyright.PENANAsRENhFh6RQ
426Please respect copyright.PENANADsc55RGctM
426Please respect copyright.PENANAtja4UqPclV
426Please respect copyright.PENANAukGkFCKNbX
426Please respect copyright.PENANA7bYfl2sCEA
426Please respect copyright.PENANAQUsxUb9RhN
426Please respect copyright.PENANAD98iaCy6iH
426Please respect copyright.PENANAxHqyj8Hniz
426Please respect copyright.PENANAIf0xn7j85t
426Please respect copyright.PENANAwXjQOzPacW
426Please respect copyright.PENANAMIWsHcTny9
426Please respect copyright.PENANAb8DEyXgR2j
426Please respect copyright.PENANAk6gxa1BAzW
426Please respect copyright.PENANAqvVu4AMKXm
426Please respect copyright.PENANARbptigWyIs
426Please respect copyright.PENANApc7B2l4D1n
426Please respect copyright.PENANAoXfP9zxSrl
426Please respect copyright.PENANA9hJd4naYxI
426Please respect copyright.PENANAWrtkyLaTuH
426Please respect copyright.PENANAAc43km24TB
426Please respect copyright.PENANA9ckQvzhWoe
426Please respect copyright.PENANAvnbOx8Ye17
426Please respect copyright.PENANA0O39uPfKGN
426Please respect copyright.PENANAfDUtM2hMzS
426Please respect copyright.PENANAWfNmuVDtV6
426Please respect copyright.PENANAsUPixQ7Fy7
426Please respect copyright.PENANAcAHDgzedlp
426Please respect copyright.PENANA7K6w3jCli6
426Please respect copyright.PENANA1Q3SYt0QYc
426Please respect copyright.PENANAitN9czuH5e
426Please respect copyright.PENANAGXXFR7bqtE
426Please respect copyright.PENANA3ivLm1CkcN
426Please respect copyright.PENANA0JpTc7rhgQ
******426Please respect copyright.PENANAeYnp3riRo5