"Belum tidur? " tanya Robi pada Bob yang masih menonton televisi di ruang tengah apartemennya.
"Belum Bang, nanti aku penasaran akhirnya si Budi milih Jubaidah apa Leha," jawab Bob yang serius menonton sinetron.
"Besok kan bisa nonton di you tube,” ucap Robi lalu duduk di bawah karena Bob memenuhi sofanya untuk tiduran.
"Gak seru, sayang paketan," jawab Bob yang masih serius menonton televisi. "Oh iya Bang! Clara penasaran loh kamu juga pacaran sama lakinya apa kagak,” ucap Bob yang sebenarnya juga penasaran dan sedikit cemburu.
"Aku naksir, tapi dia gak tau. Tapi sekarang dah enggak, sejak aku tau dia rumit sama cewek. Ya Lisa, tante Vera, Via, Clara, sampe sekarang masih aja rumit apalagi sama Tina. Huh ribet,” jawab Robi sambil menatap ke depan seolah menerawang masa lalunya. "Kamu penasaran ya ? Cemburu ya? " tanya Robi sambil menggoda Bob.
"Apa sih lu Bang! Ya kagak lah! Ngapain juga cemburu! Sama-sama laki ini! " elak Bob yang tanpa sadar malah meninggikan nada bicara nya.
"Hahahaha iya-iya,” jawab Robi sambil tertawa senang melihat reaksi Bob yang salah tingkah. "Eh Sayang… kamu beneran gak cemburu kan tapi? " tanya Robi sambil mencolek perut Bob yang rata tanpa six pack sepertinya.
"Kagak! Aelah bawel bener lu! " ucap Bob yang kembali salah tingkah.
"Bob, cemburu dong. Aku pengen liat kamu cemburu, pengen tau kamu suka aku apa enggak, pengen tau aku doang yang jatuh cinta apa enggak,” ucap Robi lembut sambil mengelus perut Bob dan mengecupnya lembut seolah ada janin di dalamnya.
"Bang, gue gak tau gimana perasaan gue. Iya gue cemburu, dikit. Tapi buat yang lain aku belum yakin,” ucal Bob lalu duduk agar Robi bisa duduk di sampingnya.
"Iya gapapa, Aku dah seneng kok tau kalo kamu cemburu,” ucap Robi lalu duduk di samping Bob dan perlahan mengecup kening Bob.
Bob hanya memejamkan mata, menghayati apa yang di lakukan Robi padanya. Bahkan Bob juga tak melawan apa yang di lakukan Robi saat mencium bibirnya dan melumatnya dengan begitu lembut nan penuh gairah.
Kayaknya Bang Robi ini cocok buat ganti in posisi papa yang buang aku, Bang Robi dewasa. Kadang kayak papa, kadang kayak aBang sendiri dan sekarang emnhhh, Dia paket lengkap. Persetan, apa aku juga akan jadi gay! Aku merasa lebih baik waktu sama dia. Aku, Aku jatuh cinta, Batin Bob yang menikmati tiap cumbuan Robi padanya.
Perlahan Robi membawa Bob ke atas pangkuannya agar lebih mudah saat memagut bibir tipis Bob yang biasa menghisap tembakau. Bob perlahan mulai mengkalungkan tangannya pada leher Robi sambil sesekali mengelus dada Robi atau rahang dan leher Robi. Sementara Robi sendiri makin mengeratkan pelukannya pada pinggang Bob tanpa menggerayangi leher Bob.
Bob lebih menyenangkan dari pada yang dikira Robi yang terus bertukar saliva dengan Bob.
Perlahan Bob mulai melepaskan lumatannya, terlihat jelas benang saliva yang sempat menggabungkan keduanya. Bob dan Robi mulai membuka matanya perlahan, saling menatap dengan matanya yang sama-sama sayunya.
Tak ada kata terucap di antara keduanya. Bob juga tak melepaskan tangannya dari rahang Robi sama sekali, atau tangannya yang lain yang tengah mengelus dada Robi.
"I love you…” ucap Robi mulai memecah keheningan.
Bob langsung melumat bibir Robi kembali. Mungkin Bob mulai merasakan candu yang baru. Tak selama sebelumnya Bob lebih cepat melepaskan pagutannya kali ini. Tapi Bob juga kembali melumat bibir Robi lagi dan mulai memperdalam lumatannya sambil menindih Robi yang dengan senang hati melayaninya.
"Suka? " tanya Robi menahan dada Bob sebelum Bob kembali melumatnya.
Bob langsung mengangguk dengan cepat berharap ia bisa kembali melumat bibir Robi yang sudah di cicipinya tadi. Tapi bukannya Robi mengijinkannya, Robi malah memainkan dada Bob dan menyentuh puting kecil di atasnya.
"Ohh, Sudah tegang juga dia,” ucap Robi santai sambil memilin kedua puting kecil milik Bob dengan santai.
Bob menggeliat gelisah saat Robi bermain dengan puting nya yang makin keras saat di mainkan. Ada sensasi gatal dan geli di saat bersamaan juga sedikit rasa seperti tersetrum.
"Ahh…" desahan Bob akhirnya lolos hanya dengan rangsangan ringan Robi.
"Emm, Jalang sekali,” ucap Robi yang menikmati desahan Bob.
"Punyamu jalang! Beraninya Bangun waktu ku duduki!! " balas Bob lalu menggoyangkan pinggulnya tepat di atas kejantanan Robi yang sudah ereksi.
Robi hanya tersenyum, tak menyangka Bob akan melakukan itu padanya. Perlahan Robi mulai melepaskan kaos oblong yang di pakai Bob. Bob tak mau kalah, ia juga langsung melepaskan kaos yang di kenakan Robi.
Badannya bagus sekali, batin Bob yang mengamati tubuh indah Robi, dengan abs dan ototnya yang terjaga.
Robi perlahan mulai mendekatkan wajahnya pada bibir Bob, perlahan melumat bibir Bob, lalu pencium pipinya dan makin turun hingga ke rahang dan leher Bob. Berkali-kali Robi menjilati leher Bob juga telinganya yang merah hingga Bob makin gelisah.
"Bang, di belakang rasanya aneh. Kayak ada yang basah,” ucap Bob bingung dengan kondisinya.
"Basah? Yang mana? " tanya Robi sok polos sambil melanjutkan apa yang ia lakukan tadi.
"Pantatku…” jawab Bob tanpa malu.
Bukan menyentuh pantat Bob atau paling tidak melihatnya. Robi malah mengelus kejantanan Bob yang sama tegang nya dengan miliknya. Bob sama sekali tak melawan bahkan saat Robi merubah posisinya dan melucuti celananya hingga ia benar-benar telanjang.
Bob merasa sedikit malu dengan kondisinya. Apa lagi Robi yang menatapnya dalam kondisi tanpa sehelai benang pun begini. Perlahan Bob mengambil bantal yang ada di sampingnya untuk menutupi kejantannya. Tapi Robi segera menyingkirkan bantal yang baru di ambil Bob.
"Jangan…biar ku bantu,” ucap Robi yang langsung mengulum kejantanan Bob.
Bob hanya bisa memejamkan matanya menikmati apa yang di lakukan pria bertubuh indah itu pada kejantanannya. Suara hisapan Robi terdengar begitu menggoda bagi Bob. Apa lagi saat ia melihat Robi yang tengah melakukannya. Ekspresi duck face Robi juga tatapan satunya benar-benar membuat Bob makin bergairah.
Perlahan tangan Bob mulai memegang kepala Robi. Namun belum juga Bob memegang nya Robi sudah menahan kedua tangan Bob agar tetap diam.
"Stop! Sudah! " ucap Bob yang merasa bila sebentar lagi ia akan mencapai puncaknya.
Bukan berhenti, Robi malah makin menjadi saat menghisap. Bahkan hisapannya lebih kuat dari sebelumnya. Merasa ada yang terlupa. Robi mulai meraba pantat Bob, lalu melebarkan nya benar saja luBang anal Bob sudah begitu basah. Bahkan lebih basah dari kewanitaan seorang pelacur.
Perlahan Robi memasukkan dua jarinya ke dalam anal Bob tanpa melepaskan apa yang di hisapnya. Bob benar-benar tak bisa menahannya lagi, ia langsung menembakkan sepermanya ke dalam mulut Robi. Bahkan beberapa sampai berjatuhan ke atas perut Robi.
"Akh... Shh... Bang jadi kotor kan,” ucap Bob di sela desahannya.
Robi hanya tersenyum melihat bagaimana Bob malah memikirkannya. Perlahan Robi mulai mengocok anal Bob dengan dua jarinya. Berusaha memperlebar luBang anal Bob yang sudah sangat licin. Bahkan kadang berkontraksi seolah menelan jari Robi.
"Kamu suka? " tanya Robi dengan suaranya yang berat.
Bob hanya menggelengkan kepalanya dengan wajahnya yang sudah memerah bak kepiting rebus.
"Benarkah? " tanya Robi tak yakin lalu sedikit menegakkan tubuhnya.
Entah karena apa, saat Bob melihat betapa tersiksa nya kejantanan Robi . Bob langsung melepaskan celana Robi. Tapi belum Bob menyentuhnya Robi, Robi malah mengarahkan kejantanannya yang cukup besar ke dalam anal Bob.
Tak butuh waktu lama untuk memasukkannya. Meskipun Bob kesakitan tapi terlihat jelas bila Bob tetap menikmatinya. Bahkan entah di sengaja atau tidak, saat Bob mendesah terdengar bagaikan seorang wanita.
"Berbakat... " gumam Robi yang kagum dengan suara Bob yang begitu menggoda.
Tanpa ragu Robi langsung menggenjot lubang milik Bob yang sudah melahap seluruh penisnya itu dan masih duduk dalam posisi yang sama tak kuat menggerakkan tubuhnya begitu penis besar milik Robi bersarang di lubangnya. Bob berpegangan pada bahu Robi sambal memegangi penisnya sendiri yang entah mengapa merasakan nikmat juga saat lubangnya di tusuk.
“Aaahhhh… Abang!!!” geram Bob tak karuan saat penis milik Robi mulai bergerak dengan begitu intens menyodoknya dari bawah.
Robi makin bergairah mendengar erangan penuh nikmat dari Bob yang memanggilnya abang itu. Robi memegangi pantat Bob menahannya agar tidak turun dan memudahkannya bergerak. Putting susu Bob yang kecil juga tampak mengacung tegang seiring dengan gairah yang melandanya.
“Abanghhh…sakit ahhh…jangan berhentihhh…” desah Bob sambil meracau tak karuan. Hatinya meminta berhenti tapi tubuhnya mau lagi.
Robi tersenyum mendengar ucapan Bob yang tidak singkron di tambah dengan ekspresinya yang berusaha menahan kenikmatan yang terus melandanya bagai candu. Robi melumat bibir Bob sejenak, Bob tentu membalasnya sama bernafsunya dengan Robi. Bahkan Bob melepaskan genggamannya pada penisnya sendiri dan beralih memegangi leher Robi karena tak mau kehilangan pagutannya dengan cepat.
Tangan Bob mulai beralih, meraba dada bidang Robi dengan otot-ototnya yang menonjol lalu memainkan putingnya. Tak mau kalah dengan Bob yang coba merangsangnya, Robi langsung melepas pagutannya dan menghisap putting milik Bob.
“AHHH!!! Shhh Ahhh!!!” jerit Bob begitu Robi menghisap putingnya dengan kuat sambil terus bergerak menyodok lubangnya yang terasa begitu sempit itu.
Puas membuat kedua puting milik Bob membengkak sempurna Robi menghentikan gerakannya. Bob sedikit kesal karena sebentar lagi ia akan mencapai klimaksnya dan Robi malah berhenti. Tanpa di komando Bob langsung bergerak dengan sisa tenaga yang ia punya namun tenaganya jelas tak sebanding dengan Robi hingga akhirnya ia kehilangan keseimbangan dan bruk!
“Anghhhh!!! Abanghhh!!! Ahh!!!” desah Bob begitu penis Robi yang melesak lebih dalam lagi kedalam lubangnya hingga keduanya benar-benar menempel sempurna.
Robi melotot kaget, baru kali ini ada orang yang kuat dan tahan dengannya penisnya yang cukup besar dan Panjang itu melesak masuk kedalam lubangnya. Robi refleks menunduk, ia melihat ujung penisnya yang menonjol di balik perut bagian bawah Bob lalu mengelusnya pelan.
“Enghhh Abang…” erang Bob pelan sambil menggesekkan penisnya yang jauh lebih kecil dari milik Robi itu dalam himpitan tubuhnya dan Robi.
Robi membantu Bob untuk merubah posisinya dengan menungging. Bob begitu pasrah dan langsung menungging dengan bertumpuh pada sofa. Kedua tangannya memegangi bokongnya tanpa malu lagi.
Robi mendekapnya dari belakang sambil memainkan puting milik Bob dan menggenjotnya dari belakang dengan cepat hingga Bob mencapai klimaksnya. Namun Robi tetap menyodoknya hingga akhirnya ia juga mendapat pelepasannya didalam tubuh Bob.
“Aghhh…” desah Bob yang pertama kali merasakan adanya semburan sperma yang hangat memenuhi tubuhnya dari analnya.
46Please respect copyright.PENANAR7DQFiBRzW