Papan kayu bertuliskan Magwood di depan rumah berdecit ketika angin besar sedang menerpa kota malam mini. Untunglah persediaan makanan sang empu rumah untuk saat ini sangat mencukupi. Setidaknya mereka tidak perlu keluar rumah untuk sekedar makan malam.
Leah Magwood nampak memainkan sendoknya tanpa minat. Ujung sendoknya ia gesekan ke cekungan dalam piring yang masih terdapat kentang tumbuk di dalamnya. Berkali-kali ia menarik nafas dan menghembuskannya berat seperti orang yang sedang berpikir dengan keras.
Puncak helaan nafasnya berakhir ketika Samuel Magwood - Ayahnya, tiba dari arah dapur dengan dua gelas teh yang uapnya masih mengepul.
"Tidak lapar?"
"Tidak terlalu."
Leah kembali memainkan sendoknya.
"Aku tahu sepertinya ini kesalahan terbesarku kepadamu selama enam belas tahun aku membesarkanmu. Tapi Leah, aku harap kau mengerti."
Leah mendengus lagi kemudian mengangkat sebelah kakinya ke atas kursi sehingga ia bisa menyandarkan dagu pada lututnya.
"Apa boleh buat Sam, lagipula tempat tinggalmu yang baru mustahil ditempati olehku 'kan?"
Sam merasa benar-benar tidak enak sekarang. Ia tidak pernah berpisah jauh dengan putrinya selama ini kecuali saat ia harus perki ke Prancis selama beberapa waktu karena pekerjaannya.
Bagi Sam, Leah adalah segalanya. Namun pekerjaannya sebagai seorang Dokter mengharuskannya membagi perhatiannya dari sang buah hati. Sam pikir sejak kecil Leah sudah mengerti tentang hal tersebut, tetapi sepertinya kali ini ia akhirnya tahu jika Leah sangat sedih.
Jika saja pekerjaannya di daerah itu bisa mengabulkan syaratnya untuk membawa putrinya, pasti dengan senang hati Sam akan membawanya. Namun pekerjaannya ini adalah menolong orang, dan medan yang harus dilewati kali ini sangat menyulitkan dirinya untuk memboyong Leah bersamanya. Jangankan ditempati Leah, bahkan Sam harus tinggal menumpang di tempat masyarakat sehingga akan sangat mustahil jika Leah ikut bersamanya untuk tinggal dalam waktu yang lama, sehingga pada akhirnya Sam menggunakan jalan satu-satunya agar Leah tetap berada pada lingkungan yang aman.
Yaitu mengirimnya pada Ibu kandung Sam, Nenek Leah.
"Tapi, Garde Isle itu dimana? Aku sama sekali tidak pernah dengan nama pulau seperti itu."
"Ya... pokoknya cukup jauh dari yang kau pikirkan."
Leah menaikan alisnya. Bagaimana bisa ia harus pindah ke tempat yang bahkan sepertinya di peta saja tidak ada namanya. Leah tahu jika Ayahnya lahir dan besar bukan di bagian kota metropolis ataupun desa-desa di dekat pegunungan melainkan di sebuah pulau. Akan tetapi ia tidak menyangka jika pulau yang dimaksud Sam sebagai tempat kelahirannya adalah pulau antah berantah.
Leah dan Sam mengakhiri pembicaraan mereka saat itu. Keduanya nampak diam ketika saling bahu membahu saat mencuci piring dan merapikan bekas makan mereka. Baik Sam dan Leah - Keduanya nampak sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sam merasa bersalah karena besok putrinya harus pindah ke tempat asing, sementara Leah merasa sedih karena ia tidak bisa bersama dengan Ayahnya lagi untuk waktu yang ia tidak tahu berapa lama itu.
Leah langsung naik ke kamarnya ketika ia memastikan semuanya sudah kembali ke posisinya. Gadis itu sedikit lelah belakangan ini karena ia tidak bisa tidur nyenyak. Semenjak Sam mengatakan ia akan tinggal dengan Neneknya di sebuah pulau aneh bernama Garde Isle, Leah selalu bermimpi buruk dan pola mimpinya selalu sama. Mula-mula ia berada di tempat asing dan dihadapannya ada Sam yang sedang tersenyum, lalu tiba-tiba Sam berubah menjadi seseorang yang menyeramkan lalu menusuk seorang wanita tepat di dadanya dan mimpi itu selalu berakhir dengan Sam yang menangis dengan tangan bersimbah darah. Awalnya Leah tak memikirkan mimpi itu karena ia berpikir jika dirinya terlalu sering menonton film horror dan thriller, namun belakangan ini mimpi itu setiap hari muncul dan sangat mengganggu waktu tidurnya.
Gadis itu merebahkan dirinya di kasur, sedikit merenung. Ia tidak pernah menyalahkan Sam atas pekerjaannya sebagai dokter. Justru ia sangat bangga, karena ia tahu pekerjaan Ayahnya sangat mulia. Namun di sisi lain, ia benar-benar sedih karena perhatian Sam yang sering terbagi karena ia sibuk bekerja. Dan kali ini, Sam akan pergi ke sebuah tempat evakuasi dimana dirinya tidak mungkin diajak untuk tinggal disana.
Leah menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuhnya. Perlahan matanya mulai kembali terpejam. Saat ini ia tidak mau lagi memikirkan bagaimana kehidupannya di pulau itu, yang jelas ia hanya berharap sekarang dirinya berhenti mimpi buruk lagi.
******412Please respect copyright.PENANAjYTggZJ0mK
412Please respect copyright.PENANANXb6FMHCf2
412Please respect copyright.PENANAIDvORy7hOL
412Please respect copyright.PENANAkum2Hmouyc
412Please respect copyright.PENANAvpxbiY5rJK
Ketika pagi datang, Leah dan Sam sudah bersiap di mobil sedan berwarna biru kesayangan Sam sejak dulu. Barang-barang milik Leah sudah diletakan di jok tengah dan bagasi mobil, sementara sang pemilik barang kini sudah duduk manis tepat disamping sang Ayah.
"Kau pucat, sakit?"
"Hanya tidak bisa tidur." Leah menjawab singkat selagi tangannya sibuk mengaitkan sabuk pengaman agar terpasang dengan baik.
"Karena mau pergi?"
"Aku sering mimpi buruk belakangan ini." Kata Leah ketika mobil sudah meninggalkan rumah, "Yang kuceritakan waktu itu, soal mimpi aku melihatmu."
Sam menelan ludahnya kemudian menganggukan kepalanya. Sebelah tangannya terjulur untuk mengusap rambut hitam milik putrinya.
"Itu cuma mimpi, tidak perlu di khawatirkan."
Leah menganggukan kepalanya meski hatinya masih bertanya-tanya mengapa ia terus mimpi buruk selama berhari-hari dengan hal yang menyeramkan seperti itu.
Ketika jam menunjukan pukul sepuluh, mobil yang dikendarai Sam sudah memasuki wilayah Pelabuhan Utara. Mereka bisa melihat Pelabuhan cukup sibuk dengan berbagai macam hal hari ini. Mulai dari penumpang sampai ke angkut barang.
Mobil terus melaju hingga mereka memasuki wilayah pelabuhan yang agak sepi. Setelah melewati gerbang utama, rupanya masih ada gerbang lainnya di sini.
Sam turun dari mobil begitupula Leah, lelaki itu menurunkan koper milik Leah juga tas ransel kesayangan putrinya itu.
"Aku tidak bisa mengantar ke dalam karena tidak punya tiket." Kata Sam kemudian menyodorkan sebuah tiket bersama amplop berwarna merah marun dengan ornamen emas yang mengingatkan kita akan suasana natal, "Saat pendataan penumpang, berikan saja ini dan jangan bicara apa-apa, oke?"
Leah menyampirkan tasnya kemudian menerima tiket tersebut sambil mengangguk. Sam dan Leah kemudian saling berpelukan dengan erat, bahkan Leah bisa merasakan tubuh Ayahnya nampak sedikit bergetar seperti menahan sesuatu.
"Sam, aku menyayangimu, sehat selalu."
"Oh, Leah, aku juga sangat menyayangimu." Sam mengusap punggung Leah sebelum melepaskan pelukannya, "Berjanjilah untuk sehat selalu, dan maafkan aku."
"Apa kau tidak mau pulang? Bukankah aku akan tinggal di rumah Ibumu?"
Sam nampak terdiam sejenak sebelum tersenyum tipis dan mengangkat bahunya sambil berkata, "Entahlah, aku ingin, tapi sepertinya sudah tidak ada tempat untukku di sana." Katanya, "Tapi mereka akan menerimamu dengan baik, jadi jangan khawatir dan semoga kau menyukai suasananya. Meskipun kau akan merasa 'aneh' pada awalnya."
Leah hanya mengangguk perlahan sebelum mulai berjalan menjauh makin dalam melewati gerbang yang ada di hadapannya tadi. Sesekali Leah menoleh ke arah Sam yang masih berada di sana memandangi putrinya sebelum akhirnya Leah yang lebih dahulu berjalan maju lebih cepat dan tidak menoleh lagi ke belakang.
Setelah masuk lebih dalam, yang Leah lakukan hanya menoleh kesana dan kemari tanpa tujuan. Tidak ada orang disana, dan suara yang terdengar hanya suara beberapa kapal yang berada jauh di belakangnya tadi. Sekitar sepuluh menit ia habiskan hanya dengan berkeliling tanpa arah sebelum akhirnya ia bertemu dengan seorang pria berseragam krem dengan pluit di sakunya.
"Permisi," Leah menghampiri petugas tersebut, "Kemana arah jika mau naik kapal ke Garde Isle?"
Pria itu hanya menatap Leah beberapa menit sebelum tersenyum sopan dan menuntun Leah menuju ke arah Dermaga dimana sebuah kapal besar berwarna dominasi hitam putih dan garis merah tengah bertengger dengan gagah menunggu untuk diberangkatkan.
Ketika telah tiba di tangga untuk naik ke kapal, petugas tersebut mengulurkan tangannya tanpa suara. Leah menaikan alisnya.
"Data diri anda?"
Leah awalnya nampak kebingungan, namun setelah ia menyadari apa maksud dari petugas tersebut, ia menyerahkan tiket dan surat berwarna merah marun tersebut tanpa bersuara.
"Saya menunggu penumpang terakhir, tidak disangka itu anda." Kata petugas tersebut selagi memeriksa tiket milik Leah, kemudian membuka surat yang diberikan Sam tadi. Matanya nampak melirik Leah sekilas kemudian kembali membaca surat itu.
"Anak Magwood ternyata." Kata sang petugas kemudian mengembalikan surat dan tiket Leah kemudian membantu gadis itu membawa kopernya, "Saya Porter, semua orang yang naik kapal memanggil saya begitu."
Leah kelihatan menganggukan kepala tanpa bersuara sedikitpun, sesuai apa yang Sam katakan.
"Tugas saya adalah memastika semua penumpang telah naik ke kapal, meski itu harus menunggu sepuluh jam lamanya."
Leah menautkan alisnya bersamaan dengan tibanya mereka berdua di dalam kapal, di depan sebuah ruangan bernomor seratus delapan.
"Karena kapal ini hanya berangkat satu kali selama waktu tertentu, bukankah lebih baik menunggu semua naik, bukankah begitu Miss Magwood?"
Porter nampak tersenyum ramah ketika ia selesai meninggalkan koper di dalam ruangan dan langsung bergegas meninggalkan Leah tanpa berkata apa-apa lagi.
"Satu kali?" Leah menutup pintu, meletakan ranselnya kemudian duduk di sebuah sofa yang ada di ruangan tersebut, "Apa kapal ini hanya berangkat satu hari sekali ya?"
Lima menit setelah Leah duduk, bunyi seperti klakson mulai terdengar diiringi dengan getaran yang terasa di area kapal. Benda ini perlahan meninggalkan dermaga menuju tujuan yang sebenarnya.
Selagi menunggu di perjalanan, Leah melakukan beberapa hal, misalnya mengecek chat yang masuk dari teman-temannya ataupun bermain game yang ada di ponselnya. Beberapa kali speaker yang mungkin terpasang di setiap ruangan menyuarakan jika jarak ke Garde Isle memakan waktu dua belas jam sehingga mau tak mau Leah melakukan segala cara untuk menghilangkan kebosanannya selama dua belas jam tesebut.
Leah masih bertahan dengan ponselnya sekitar dua jam sebelum ia kehilangan sinyal. Karena tidak ada yang bisa dilakukan lagi, akhirnya Leah memutuskan untuk keluar dan berjalan-jalan barangkali ia bisa mendapat udara segar. Namun alih-alih udara segar, ia malah mendapati kapal ini tengah melewati kabut tebal berwarna pekat. Bahkan Leah sama sekali tidak bisa melihat keluar jendela karena kabut tersebut.
Leah juga tidak melihat siapapun baik di lorong maupun di tangga menuju lantai bawah. Yang ia lihat justru hanya Porter yang tadi membantunya. Porter melihatnya sambil tersenyum yang membuat Leah bergidik ngeri karena laki-laki ini seperti sedang mengawasinya. Akhirnya Leah memutuskan untuk kembali ke kamar dan menguncinya rapat-rapat. Sekarang satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanya duduk atau tidur hingga kapal tiba.
Pikirannya kembali melayang kepada Ayah dan rumahnya. Apakah sekarang Sam sudah pergi ke Rumah Sakit untuk bersiap pergi ke tempat barunya? Apakah pemilik Rumah yang baru akan merawat taman dengan baik sebaik dirinya? Apakah Bibi Abbott yang tinggal disebelah akan marah-marah pada Penghuni baru rumahnya? Pikiran-pikiran kecil tersebut mulai merayap di kepalanya. Padahal belum seharian, namun Leah sudah seolah tidak rela jika ia harus berpisah dari kesehariannya sebelum ini.
*****412Please respect copyright.PENANAfWKAmhhOKZ
412Please respect copyright.PENANAJqssrY1SfA
412Please respect copyright.PENANAaDbqHyJ1VR
412Please respect copyright.PENANAAYJSTZzfts
412Please respect copyright.PENANATwPc9xEmzY
Bunyi bel berdentang terdengar dari speaker sebelum suara seseorang menyampaikan jika sebentar lagi mereka akan tiba di Garde Isle. Leah yang baru saja terbangun dari tidurnya langsung saja mengambil tas dan menyiapkan kopernya kemudian keluar dari ruangan tersebut dimana Porter telah menunggu di depan ruangan dengan senyum nya yang mulai terlihat menakutkan.
Oke, ini menakutkan, pikir Leah.
Tanpa bicara apa-apa, Porter menarik koper Leah kemudian mengangkutnya kebawah. Mau tak mau Leah mengikuti pria itu dan tanpa di duga akhirnya ia bertemu dengan beberapa penumpang lain yang terlihat lebih tua darinya.
Leah mencoba mengintip dari jendela bagaimana Garde Isle itu. Leah rasanya ingin berteriak ketika melihat bagaimana indahnya pulau ini.
Ada banyak kapal bertengger di dermaga, air lautnya berwarna biru dan sangat jernih. Bahkan Leah bisa melihat ikan-ikan dibawah tengah berenang-renang diantara terumbu karang seolah menari-nari menyambut kedatangan kapal yang sebentar lagi akan menepi di Garde Isle.
Begitu kapal telah benar-benar menepi. Semua orang turun satu persatu begitupula dengan Leah. Ketika ia sudah turun, Porter menyerahkan koper milik gadis itu sebelum membungkuk layaknya seorang prajurit kemudian naik lagi ke dalam kapal. Leah bisa saja mengomentari sikap Porter, namun pemandangan yang kini ada di hadapannya lebih menarik untuk dipandang. Ada sebuah papan bertuliskan 'SELAMAT DATANG DI WHIT HARBOR, GARDE ISLE' kemudian dibawahnya ada papan berisikan peta dari Garde Isle.
"Leah Magwood?"
Leah menolehkan kepalanya ketika ada seseorang yang memanggil namanya. Seorang lelaki muda bertubuh tegap berambut coklat terang tersenyum selagi berlari kecil menghampiri Leah.
"Benar Leah Magwood?"
Leah menganggukan kepalanya, "Iya, kau?"
"Aku diminta Samantha, Nenekmu untuk menjemputmu kesini. Dia cukup sibuk di tokonya karena akan masuk musim ajaran baru." Lelaki itu tanpa permisi langsung saja menarik koper milik Leah dan gadis itu kembali terpaksa menguntit seseorang yang tidak ia kenal. Lelaki itu membawa kopernya ke sebuah mobil jeep hitam kemudian ia membuka pintu penumpang untuk Leah dan seketika itu juga rasa kesal gadis itu luntur karena rupanya lelaki ini berbeda dengan Porter yang menakutkan.
Lelaki tadi naik ke bagian kemudi lalu menjalankan jeepnya perlahan melewati kerumunan orang melewati pelabuhan dan mulai masuk ke bagian lain, kalau tidak salah tadi Leah membaca nama daerah ini sebagai OAKEN ROAD.
"Aku Agate, lupa memperkenalkan diri." Lelaki bernama Agate ini tersenyum ramah sekilas sebelum kembali memperhatikan jalanan, "Keluargaku dan Samantha tinggal bersebelahan. Kau akan sangat terkejut jika tahu betapa mereka menyiapkan banyak hal untukmu."
Leah tersenyum. jika dibilang seperti itu, sepertinya ia tidak perlu mengkhawatirkan bagaimana sikap Nenek yang bahkan belum pernah ia temui padanya. Gadis itu mengeluarkan ponsel hendak mengabari Sam jika ia sudah tiba, namun ia tidak bisa menggunakan ponselnya sama sekali karena tidak ada sinyal di sini.
"Agate, apa disini sinyal ponsel bermasalah?"
Agate nampak melirik ponsel milik Leah kemudian mengeluarkan sebuah benda yang mirip komputer tablet, namun ukurannya lebih kecil dari dalam dashboard mobil.
"Kita tidak pakai ponsel di sini, kita pakai itu. Namanya PDA."
"PDA? Serius?" Pikir Lea, PDA diciptakan sudah lama sekali, bahkan rasanya sudah tidak laku dibanding ponsel pintar. Dan sekarang ia harus menggunakan PDA untuk berkomunikasi.
"Kau tidak tahu ya? Garde Isle tidak menerima sinyal ponsel, jadi kami membuat pusat sinyal sendiri di sini. Dan ternyata hanya bisa ditangkap oleh PDA, jadi sejak dulu kami memutuskan menggunakan PDA ketimbang ponsel." Jelas Agate, "Pulau ini dibagi beberapa daerah. Kita tinggal di Westway, tepatnya di Bare brook. Ada wilayah kota lain dan kami menyebutnya sebagai Northway."
Leah mendengarkan Agate bercerita selagi ia berusaha mengoperasikan PDA yang ia terima dari Agate tadi. Garde Isle dibagi menjadi empat wilayah dan satu pulau khusus, dan pusat pendidikan berada di distrik Spring View yang berada di tengah-tengah Westway dan juga Northway. Agate juga merekomendasikan beberapa hal yang bisa dilakukan Leah jika sedang libur atau bosan karena sudah pasti jika menggunakan PDA berarti hanya bisa berkomunikasi via mail dan telepon, jadi Leah perlu mengucapkan selamat tinggal pada social media miliknya sekarang.
Jeep yang dikendarai Agate memasuki wilayah Bare Brook jika melihat plang yang baru saja mereka lewati. Untuk masuk ke Distrik Bare Brook, mereka perlu melewati bukit kemudian berbelok ke arah kiri ketika menemukan pertigaan. Sementara jika tetap lurus mereka akan masuk ke wilayah FOREST HILL OF ELDERMOUNT yang sepertinya adalah gunung.
Leah melirik dari kaca spion, beberapa mobil di belakangnya banyak yang terus lurus, sementara hanya sedikit mobil yang belok ke arah yang sama dengan dirinya.
"Apa Forest Hill of Eldermount itu tempat wisata?"
"Bukan." Kata Agate, "Kenapa kau berpikir seperti itu?"
Leah menunjuk ke belakang dengan jempolnya, "Karena banyak mobil tetap lurus ke arah gunung itu. Ku kira itu daerah perkemahan atau sejenisnya."
Agate tertawa sambil mengibaskan tangannya, "Tidak ada tempat wisata disana. Itu mobil para penghuni di Forest Hill, Aqua Lake, dan Eldermount."
"Disana ada rumah?" Leah bertanya dengan suara sedikit memekik. Jika ada orang-orang yang tinggal di atas gunung dengan mobil semewah tadi, bisa dipastikan mereka pejabat penting di pulau ini.
"Mereka tinggal di sana Leah, tapi mereka berbeda dengan kita."
Ketika mobil berhasil menuruni bukit dan Leah akhirnya bisa melihat kota kecil dan beberapa kehidupan, Leah kembali bertanya dengan suara agak keras agar Agate bisa mendengar.
"Berbeda? Apa mereka orang kaya?"
Agate tertawa lagi, membelokan setirnya memasuki Distrik Bare Brook kemudian menoleh ke arah gadis polos yang duduk di sampingnya.
"Mereka yang tinggal disana bukan Manusia biasa, mereka Penyihir."
*****412Please respect copyright.PENANA21MmvLDuA3
412Please respect copyright.PENANA1i7jLIYmGR
412Please respect copyright.PENANAZOKBTr83WY
412Please respect copyright.PENANABM4ytx2vOI
412Please respect copyright.PENANAg3EdtbCZlI
412Please respect copyright.PENANA06a37lb6K1
412Please respect copyright.PENANAB1QpU5x4sR
412Please respect copyright.PENANAnjdrjvwbL4
412Please respect copyright.PENANAqyjbG0RIFW
412Please respect copyright.PENANAlQVfo5QjF7
412Please respect copyright.PENANAnDobidsdao
412Please respect copyright.PENANA1pyoJmAo0H
412Please respect copyright.PENANAbI9K9CoIWM
412Please respect copyright.PENANADKFKCtTWVR
412Please respect copyright.PENANAYGCiWRZI76
412Please respect copyright.PENANAJR0YasAei5
412Please respect copyright.PENANA8p9mCby9TH
412Please respect copyright.PENANAnzgYSYtd8A
412Please respect copyright.PENANAhfctKP4blY
412Please respect copyright.PENANADkQxY5Mxks
412Please respect copyright.PENANACOpbYlSfry
412Please respect copyright.PENANALvZ53gNzqT
412Please respect copyright.PENANAHsIJQVmqI1
412Please respect copyright.PENANA2LOcygskCi
412Please respect copyright.PENANAjmYPNconb7
412Please respect copyright.PENANA7STI8Y8k2Q
412Please respect copyright.PENANA4U7SXOUpJx
412Please respect copyright.PENANAxNlFBwWzjd
412Please respect copyright.PENANAlieFdbaZfY
412Please respect copyright.PENANAZ4xZ01Yje4
412Please respect copyright.PENANA9iy8qYtnPa
412Please respect copyright.PENANA1krxiKV5dw
412Please respect copyright.PENANAyiEpBn4Ffy
412Please respect copyright.PENANAOwaQINavey
412Please respect copyright.PENANASU30x6Mw4h
412Please respect copyright.PENANAIfu7vxNGiu
412Please respect copyright.PENANAaF0rTV3Yvt
412Please respect copyright.PENANAK76bFMsiaX
412Please respect copyright.PENANAMIddLg8lpr
412Please respect copyright.PENANASBklKVpfku
412Please respect copyright.PENANAuqKlHNslVZ
412Please respect copyright.PENANAOuWAj3BuzM
412Please respect copyright.PENANA0719iJH10P
412Please respect copyright.PENANAKlnmL08Jlx
412Please respect copyright.PENANAKauQBl3xRE
412Please respect copyright.PENANAtlSvYXxJNv
412Please respect copyright.PENANAWmlsNeJ7aY
412Please respect copyright.PENANAGLESbH0pHN
412Please respect copyright.PENANAPPBd7yLbnK
412Please respect copyright.PENANAe6UczUlkgP
412Please respect copyright.PENANAv8OmVHXdau
412Please respect copyright.PENANAGlAUC02rn6
412Please respect copyright.PENANAJZjyI6Qiy3
412Please respect copyright.PENANAJ5KNyysVnX
412Please respect copyright.PENANADqdAV9f1rE
412Please respect copyright.PENANAy5lIe1qzzR
412Please respect copyright.PENANAyZTgZuWBXy
412Please respect copyright.PENANAjdlmgx07Wz
412Please respect copyright.PENANA1mLZLjZ5AY
412Please respect copyright.PENANAkTsMLJu8Dt
412Please respect copyright.PENANAxeYPRuIRLG
412Please respect copyright.PENANAkEkYiKvQo0
412Please respect copyright.PENANABwf00d7egz
412Please respect copyright.PENANAi2LnNRrLIj
412Please respect copyright.PENANAPPdpEmn7cM
412Please respect copyright.PENANAl8sF0OMC1v
412Please respect copyright.PENANA4koZwAcP9b
412Please respect copyright.PENANA8AYz4t25hI
412Please respect copyright.PENANAIPET6t7mlx
412Please respect copyright.PENANAifkisw9i3U
412Please respect copyright.PENANABEoOyDvBTf
412Please respect copyright.PENANA1PeFG0n6UF
412Please respect copyright.PENANA86e5ET06qN
412Please respect copyright.PENANALlkLQGgsnx
412Please respect copyright.PENANADCllcr3NRg
412Please respect copyright.PENANAkSbZh30I59
412Please respect copyright.PENANADeI001tngN
412Please respect copyright.PENANACKC9zaUJ87
412Please respect copyright.PENANAEDVuWwCXOw
412Please respect copyright.PENANA5rPMcSxbtw
412Please respect copyright.PENANAlI1Gm5CKuw
412Please respect copyright.PENANAsE95An3mgn
412Please respect copyright.PENANApFPYoYxtRR
412Please respect copyright.PENANAZ8mYTPX2Wb
412Please respect copyright.PENANAznXcFkRjtH
412Please respect copyright.PENANATRoumunSeX
412Please respect copyright.PENANAg5Ypux5cDd
412Please respect copyright.PENANAsbiabrUfXC
412Please respect copyright.PENANAt2UXdUEW0B
412Please respect copyright.PENANAb2tH99ZBsO
412Please respect copyright.PENANAcZzSwRiAu0
412Please respect copyright.PENANAjnqD0K9TjG
412Please respect copyright.PENANAIjtH4I6hPz
412Please respect copyright.PENANAOJcZp8FUmr