
(Wusa, Anak Pertama Santi )
Aku dan Santi sudah sampai di pakiran mall. Aku membuka pintu mobil kemudian kita masuk ke dalam mall yang langsung berada di toko - toko HP. Disana banyak sekali menjual ponsel yang canggih. Aku mengunjungi salah satu toko.
"Kamu mau yang mana sayang?" kata Santi dengan manja
"Mau yang terbaru dong sayang yang canggih, yang bisa videoin tubuh telanjangmu sayang." ucapku dengan berbisik pelan.
"ihh sayang jadi malu aku." Santi dengan pakaiannya begitu seksi
"Mau beli apa mba mas?" kata mba - mba yang datang dengan ramah. Perempuan dengan rambut pendek dan make up yang menor. Payudaranya tidak besar dan badannya cukup pendek.
"Hmm aku mau beli iphone 17 deh yang terbaru." ucapku dengan tersenyum
Mba mba penjual HP mengambil ponsel ini kemudian dia memberikan kepadaku. Ponsel yang indah dan aku tahu ini sangat bagus peforma hpnya.
"Ini kena 15 juta mas." ucap mba itu
"Oke mba boleh satu deh." kataku
"Mba saya transfer ya." ucap Santi yang membuka ponsel
"eh mba yang bayar kah? ku kira masnya yang bayar? ga malu mas cewe yang bayar cowonya?" tanya mba dengan wajah yang tengil.
"terserah saya mba, mau saya yang bayar atau dia yang bayar sendiri. saya kesini buat beli hp bukan dengerin bacotan mba." tegas Santi
"Ngomong dijaga mas." Kataku sambil senyum tipis
"Maaf mba mas, saya cuman mikir kalau perempuan harusnya dibayar sama laki laki." terang mba itu.
"Kamu mau tau ga mba?" tanyaku mendekati wajahnya.
"Apa mas?" Mba berambut pendek itu penasaran.
"Pacar saya ini habis beli toko yang pemiliknya mengejek saya." Kataku dengan bisik
"Ha? Serius kah?" ucapnya
Aku menunjukkan foto Bu Maya yang telanjang dengan tatto barcode di dalamnya. Mba tersebut kaget dan wajahnya pucat.
"Dia sangat arogn seperti mba tadi, saya bisa aja gitu ke mba tapi saya harus ketemu sama seseorang, ga ada waktu lagi buat ngurusin gituan lagipula payudara mba kecil, ga enka buat saya remes." kataku
"Kamu lecehin saya ya! saya bisa lapor kamu ke polisi!" Mba tersebut malah marah namun ia terbata bata.
"Mba naikin nada bicara ya, saya bisa beli mba tau, atau mau saya laporin ke pemilik toko ini, disini mba cuman jaga kan." Terangku
"Saya ga peduli sama kalian, saya bisa lapor ke polisi." ucap mba itu yang langsung membuka ponsel.
Santi menarik ponsel itu dan melihat kalau dia justru tidak tahu mau mencari apa di pencahariannya.
"Wah anak ibu masih kecil ya." Kata Santi
"Kembalikan atau saya akan teriak." ucap mba itu yang memsang wajah cemberut.
"Mba harusnya kalau pacar saya bilang teteknya kecil sadar diri, orang orang juga bisa ke mba buat beli hp mba, tetek harus digedein buat menarik perhatian, saya liat rekening mba ya, saya langsung tf ini duit buat mba semua aman tapi tetek kamu harus digedein, minggu depan aku mau liat gimana perubahannya." terang Santi sambil mengembalikan hpnya.
Santi memberikan duit 150 juta kepada mba tersebut. Mba tersebut tidak merespon apa apa.
"Ga percya saya bisa beli orang mba?" tanyaku
"Maaf mas mba, ini ponselnya saya bungkus dulu ya." Kata Mba itu
Setelah dibungkus, aku dan Santi segera pergi dan Mba itu seperti diam tak berkutik. Zaman sekarang uang bisa membeli apapun yang kita mau, termasuk harga diri orang lain.
Mall yang sudah lama tak kunjungi karena sibuk bekerja. Terakhir kali saat aku baru sampai saat merantau, aku pergi ke mall bersama boss dan karyawan lainnya, kita makan untuk membahas sama perusahaan meskipun aku tau Pak Hadi hanya ingin mengelabui aku.
Santi berjalan sangat seksi dan menggoda. Orang orang sekitar seperti menggunjing Santi dengan tubuhnya.
"Dia pake jilbab tape bajunya seksi banget, astagfirullah kamu jangan gitu ya." Kata seorang ibu ibu tua yang berbisik kepada anaknya yang bermain ponsel.
"Kamu diliatin banyak orang sayang, sepertinya mereka suka sama baju kamu yang ketat." Ucapku
"Benarkah sayang? aku sangat suka mendengarnya, aku harap aku bisa menunjukkan tetekku disini dengan bebas kalau kamu mau hehe." Canda Santi
"Dulu kamu ga bisa kaya gini ya?" tanyaku
"Ga bisa sayang, males banget sama Pak Hadi. Dia nyuruh saya tertutup dan tidak menunjukkan lekukan tubuh. Saya ga suka cara gitu, sekarang mah sama kamu dibebasin pake apa aja, kamu ga posesif sayang ga kaya suami aku." terangnya
Sesampai di restorang kita berdua masuk. Restoran yang lumayan sepi. Aku tidak tahu apakah restoran ini tidak enak atau terlalu mahal.
"Mau pesan apa mas mba? apa sudah reservasi?" Tanya mba jilbab yang tubuhnya tertutup rapat dengan baju restoran.
"Atas nama Wusa, apakah dia sudah di dalam?" tanya Santi
"Oh Ibu Santi ya? Silahkan masuk" tanya Mba itu yang menunjukkan ruang privat. Pantatnya cukup terlihat ketika aku dibelakang mba itu.
Aku dan Santi masuk ke dalam ruangan privat yang hening. Ku melihat seorang perempuan duduk disana bermain ponsel. Tas channel berwarna kuning disebelahnya, aku pernah melihat di internet sekitar 100 sampai 200 juta.
"Wusa nunggu lama ya maaf macet di jalan." Kata Santi yang langsung duduk. Aku dna Santi duduk berhadapan dengan Wusa.
"Bu, baru beli baju kah? Rajut merah gitu?" Kata Wusa.
Dia memakai hijab hitam dengan gaun katun berwarna biru. Lekukan tubuhnya tidak keliatan, gaunya oversized. Dia makeup begitu natural hanya terlihat lipstik merah dan bulu mata yang dipercantik. Wusa sangat menawan. Andai aku orang kaya akan pacari dia, namun aku punya pistol untuk menaklukan dirinya.
"Iya dibeliin sama dia Wusa." Santi melirik diriku.
"Siapa kamu beliin baju ibu saya? dah mana jelek gitu lagi. Kamu ga bisa beliin baju buat ibi saya ya?" tanya Wusa dengan ketus.
"Ibu kamu yang milih, saya hanya temani ke toko." Kataku
"Temenin ke toko? ngapain? ibu saya sudah punya suami jangan coba coba deketin ibu saya" Tegas Wusa
"Wusa kamu jangan ketus sih ke pacar bunda, kamu marah terus bawaanya." Kata Santi sambil memegang tanganku
"Pacar? yang benar aja bu? Ayah gimana denger ibu gini. Ibu keterlaluan, apa si yang ga dikasih sama ayah ke ibu, apa yang ibu mau selalu dikasih, kalau anaknya entar entar aku sampe enek tapi aku tau ayah cinta sama ibu. Terus ibu pindah ke lain hati yang amu ga tau dia siapa?" Wusa menggebrak Meja.
"Maksud kamu apa? kamu ga tau apa apa soal perasaan ibu, udah nikah kamu bakal tau kalau kontol laki laki itu yang diperluin, kontol bapak kamu tu kecik ga enak buat ngentot. Ngerti ga!!!" Santi seberani itu bicara kasar
"Ibu ko sekarang kasar, aku baru sadar kalau ibu pake baju ketat banget, ibu biasanya nututpin baju bu, buat apa ibu pergi ke pengajian pake baju yang terlihat sangat asri kalau ibu kaya gini sekarang." Kata Wusa
"DENGER YA WUSA TETEK IBU TU GEDE IBU TOBRUT, BUAT APA DITUTUP TUTUPIN, KAMU DENGER YA IBU ITU TOBRUT. KALAU DITUTUPIN KAYA SEMBUNYIIN BERLIAN TAU GA TADI DI JALAN PADA LIHAT IBU SAMBIL SENYUM MEREKA SUKA SAMA TUBUH IBU. IBU SAMPE RELA NYARI MEMBER GYM BUAT MEMPERINDAH PAYUDARA IBU. BAJU KETAT INI MEMPERLIHATKAN BAGAIMANA LEKUKAN TUBUH SEKSI IBU." Santi Marah
"APAAN SI BU? TETEK TETEK YANG DIBAHAS. IBU GA LIAT APA SELINGKUH AJA UDAH DOSA, APALAGI NUNJUKKIN TETEK IBU KE ORANG LAIN YANG BUKAN PASANGAN IBU." kata Wusa
"EH LIAT INI TOBRUT KAN?" santi memegang teteknya dan meremasnya
"Ngapain ibu remes sih?" Heran Wusa
"EH KAMU TU YA JANGAN SOK MIKIRIN DOSA KALU AKHIRNYA JUGA BAKAL NGEWE SAMA ORANG, KONTOL COWO TU HARUS MUASIN MEMEK WANITA. JANGAN MUNAFIK KAMU WUSA." Santi menaikan baju rajutnya. Dia memperlihatkan BH di depan anaknya.
"Bu ngapain buka bajunya." Wusa mendekati Santi untuk menutup bajunya.
Santi melepas Tali BHnya dan melemparkan ke wajah anaknya. Santi mendoring Wusa ketika anaknya mencova menutupi bajunya. Untung saja ruang privat jadi tidak ada satupun yang tahu.
Jujur saja aku ngaceng ngeliat Mereka berdua berkelahi, ingin ku tembak Wusa namun aku harus menunggu waktu yang tepat.
"Lihat tetek ibu, cium coba." Tetek Santi disandarkan ke wajah Wusa
"Apaan bu, ibu kaya wanita wanita malam di luar sana, nunjukkin ke orang orang kalau ibu punya tetek gede, punya tubuh yang bagus tapi yang mereka lihat cuman mesum sama ibu, ga ada yang lain bu." Kata Wusa
"Eh malah ibu pengen kaya pelacur yang ngasih tau wanita sepenuhnya. ibu mau tetek ibu dibilang gede seksi gitu didepan orang orang." kata Santi
"Udah udah berhenti ribut, Wusa kamu harus tau kalau kontol aku bisa buat kamu takluk apapun yang kamu bantah." aku memegang kontolku
"Kamu apain ibu saya sampe jadi kaya gini? Jawaabb!!!" Wusa menampar aku
"Kurang ajar kamu sama pacar ibu." Santi menampar balik Wusa. Santi meremas payudara Wusa dengan keras.
"HENTIKAAAAN BU TOLONGG APA YANG IBU LAKUKANNN!!!" kata Wusa
"Kamu harus mesum dan lacur Wusa untuk pacar ibu, kontolnya akan memuaskanmu." Kata Santi sambil mencoba membuka gaun Wusa
Seorang ibu gila yang memaksa anaknya kehilangan perawanan kepada seorang pengangguran.
"Tolongggg!!" Ucap wusa yang mulai menangis
Aku mengambil pistolku dan menembk ke wajahnya. Santi mundur dari hadapan Wusa lalu aku segera menembak. Wusa langsung terdiam batu. Aku melambaikan tangan dia tidak merespon sama sekali.
Aku meremas payudaranya yang kenceng dan tidak ada respon lagi. Wusa berhasil ditaklukan.
"Wusa duduk lagi yu tapi aku mau disebelahmu." Kataku
"Baik tuan." Kita bertiga duduk kembali lalu aku makan yang sudah disediakan.
Kepiting Saus Tiram dan cumi saos padang, tidak lupa es jeruk. Aku mengambil nasi lalu memakan cumi saos padang. Tak lupa meremas payudara Wusa dengan tangan kiriku.
"Kamu jangan ngeyel lagi sama ibu kamu, tetek kamu tu berharga lumayan loh kamu ini harus lebih mesum dan seksi ya." Kataku yang asik makan
"Bener kamu jangan kaya tadi berontak lagi sama ibu kamu. Sok sok an nolak padahal kamu juga bakal seneng ngulum kontol pacar aku." kata Santi
"Sayang suapin dong aku mau coba pake dua tangan di tubuh Wusa." kataku sambil mencuci tangan di wastafel ruang privat.
"Baik sayang." Santi mendekatiku
"Tetek kamu seksi tau Wusa." Kataku yang meremas dengan dua tanganku lalu menyuruhnya mengangkat tangan
"Kamu harus jadi pelacur ya wusa." Pinta Santi dengan tanganya masuk ke mulutku. Sembari menyuap aku menjilat jemarinya.
"Baik bu aku mau jadi pelacur." Kata Wusa dengan wajah datarnya. Gaun telah dibuka namun jilbab belum karena aku akan menunjukkan wanita munafik yang mesum namun bersembunyi dalam hijabnya.
BH hitam dan celana dalam putih menghiasi tubuhnya.
"Telanjang dong Wusa." Pintaku
"Baik tuan saya akan tunjukkan tubuh telanjangku." Wusa langsung melepas tali BH dan menurunkan celana dalamnya. Terlihat memek yang sudah dibersihkan.
"Wah kamu cukur memeknya ya." Aku memegang memek dan mencoba sedikit menggesek. Wusa bereaksi menahan kegelian.
"Iyaaaa tuaaan." Dia sepertinya nikmat digesek tapi masih malu malu.
"Denger ibumu ngomong yaaa." kata aku sambil meremas payudaranya.
"BAIKK TUAAAAN AHHHH" Wusa akhirnya tak malu lagi
"Pertama Erno sekarang ayah kamu yang baru, aku akan menceraikan Hadi." Ucap Santi dengan serius
"Iya Papa Erno aku sayang papaaa ahhh gesekannya enakkk paaa." Aku menggesek lebih dalam lagi.
"Kedua Semua pendapatan kamu diatur oleh pacarku Erno ya, makan, belanja, jadi kamu ga bebas lagi oke." ucap Santi
"Iyaa aku mau diatur oleh papaaa" Wusa menjulurkan lidahnya. Aku mencium lidahnya dengan liar
"Ketiga perusahaan hadicop akan ku balik nama jadi pacarku Erno, tugas kamu itu buat dia ngasih dokumen itu." Kata Santi kembali
Aku menyelesaikan jilatanku dan makan dari suapan Santi. Tangan kiriku menggesek memek Wusa, tangan kanan meremas patudara Santi. Mendapat dua wanita kaya memang asik sekali.
"Iyaaaa aku akan usahakan dokumen itu untuk papaaaaa ernoooo ahhhh ahhhh lagi paaaaaahhhh." Wusa sudah memasang wajah yang mesum. Dari yang awalnya tegas dan jutek menjadi lacur.
"Terakhir buat Hadi selingkuh dan korupsi, hancurkna hidupnya." Kata Santi sambil tertawa jahat
"Ahhhh iyaaaa buuuuu, Dia harusss hancurrr hidupnyaaa." Tak lama dari situ Wusa mengeluarkan cairan dari memeknya.
"Gimana Wusa enak?" kataku sambil melepas tanganku dan menjilat air dari memeknya. Asin namun nagih.
"Enak papaa, lagi papahhh akuu sukaa bangett." kata Wusa dengan wajah mengemis
"Nanti lagi ya sekarang biarkan kamu coba kontol aku ni." Aku membuka celanaku dan dia membuka celana dalamku. Mulutnya langsung bermain di kontolku. Dia masih kaku dalam mengulum.
"Kena gigi itu kamu Wusa, jangan buru buru pelan pelan aja." Tegur Santi yang melihat dengan serius
"Maaf bu, aku baru pertama kali." Kata Wusa yang melanjutkan dengan pelan pelan. Bibirnya begitu halus ketika masuk ke kontolku. Lidahnya memutar di ujung kontolku.
Aku mengelus kepalanya kemudian aku disandarkan dengan tetek Santi. Santi mulai menaikan tubuhnya. Santi juga memberikan aku air minum untuk membasahi tenggorokanku.
Wusa menaruh tanganya di kontolku dan mulai mengocok. Aku melihat wajahnya menggambarkan ingin terus terusan mencoba.
938Please respect copyright.PENANAsTJfwoJwIV
938Please respect copyright.PENANAN7r3VOujk0