Selamat datang bulan Januari, selamat datang tahun baru. Kalian pasti berada di dunia yang sangat amat jauh dari kata peperangan. Tapi tidak dengan kami, karena ini cerita masa lalu.
Aku merasakan hidup yang enak, berbeda dengan kehidupan orang orang yang 11.000 kilometer jaraknya dari negaraku. Negara jajahan, Hindia, telah membuatku kami merasakan lezatnya makanan yang kaya akan rempah rempahan sebulan sekali. Aku yang masih berumur 17 tahun mana bisa menjajah, aku lebih baik bersekolah di negaraku dan menjadi orang sukses nanti.
Aku Nikola van Ael. Aku terkenal sebagai lelaki yang pendiam tapi memiliki kuasa. Aku tenang tapi mematikan, begitu kata orang orang. Walau begitu, aku memiliki teman dekat yang sama sama pendiam juga tapi mematikan juga. Sekarang kalian pasti akan mengerti, kalau aku berada dalam pembuat masalah sekolah. Tapi, aku mampu melompati 2 kelas. Yang seharusnya aku lulus di umur 19 tahun, aku akan lulus tahun ini di umur 17 tahun. Begitulah masa masa menegah atas, kekuasaan dan prestasi yang kuraih habis habisan selama ini.
Senangnya aku pada malam hari ini, karena kutemukan sepucuk surat dan cokelat dari Cherine di balkon kamarku. Pagi ini aku juga memberi benda yang sama, dan menaruhnya di balkon kamarnya. Kami begitu dekat sejak kecil. Kebetulan kami adalah tetangga, dan kamar kami bersampingan dan berada di lantai 2. Mengobrol bersamanya melalui surat adalah rutinitasku. Aku merasa kami sudah ditakdirkan untuk menjadi pasangan. Orang orang sudah mengatakan aku sangat cocok dengannya. Cherine mungkin juga senang denganku, walau Cherine tahu bahwa diriku buruk, tapi ia telah mengubah hidupku untuk selalu menjadi lebih baik.
Balasan untuk Nikola:
Selamat tahun baru juga, terima kasih loh cokelatnya. Manis sekali.. Maka itu aku juga memberikan cokelat ini, dimakan ya! Semoga kamu suka.
Kalau dipikir pikir, akhirnya sebentar lagi kamu lulus, ya. Kamu tidak akan berkuliah jauh kan dari sini? Orang sepertimu pasti sudah diundang ke universitas terbaik disini.
Aku tersenyum. Benar, aku akan segera masuk ke universitas. Tapi sepertinya aku akan jauh, karena aku sudah memutuskan untuk berkuliah jauh di Amerika dan akan menjadi seorang dokter bedah.
Oh iya, kau mengkhawatirkanku tentang sesak nafas yang sering terjadi padaku, ya? Sebenarnya, baru saja aku sesak nafas lagi. Aku belum periksa ke dokter, tapi aku yakin aku baik baik saja.
Jangan tidur terlalu malam, ya. Sekarang masih liburan, kok. Kau jangan baca buku hingga tengah malam. - cher
Aku tersenyum. Tapi aku masih mengkhawatirkan sesak nafasnya itu. Beberapa hari yang lalu kulihat tubuhnya sedikit mengecil di mataku. Apa dia sedang diet? Atau kelelahan? Ah, semoga baik baik saja.
Keesokan paginya, aku bangun di seperempat terakhir malam. Aku membaca sebuah buku dengan tebal ratusan halaman. Aku harus membabat habis buku ini hari ini, karena aku harus kembalikan ke perpustakaan segera. Aku akan kena denda, karena sudah lebih dari sehari. Akhirnya sekarang sudah jam enam. Tiga jam aku membaca dan aku menghabiskan 343 halaman. Mataku agak perih jadinya. Saatnya bagiku untuk bersiap ke perpustakaan. Aku makan pagi sendirian. Tiba tiba datanglah ayahku. “selamat pagi, ayah, ayo makan pagi Bersama Nikola” sambutku kepada ayahku. “ah, selamat pagi juga, sayangku. Baiklah” jawab ayahku sambil tersenyum lebar. Ayah terlihat berbeda hari ini. Tapi ya sudah, kurasa memang sedang lelah dengan pekerjaanya. “ayah aku akan pergi ke perpustakaan pagi ini, ya” ayah hanya mengangguk dan mengambil sarapan paginya. Boleh dibilang aku anak kesayangan ayah. Karena aku anak semata wayangnya, jadi aku diperlakukan seperti anak emas. Aku cukup bahagia dengan hal tersebut. Tapi pagi ini terlihat berbeda.
“Nikola, jawablah ayah dengan jujur. Sudah berapa anak yang menjadi korban dari perlakuanmu?” Nikola tersedak. Aku? Kenapa ayah bertanya begitu? Apa jangan jangan ada yang melapor ke ayah?. “jawab ayah” tegas ayah. “e..euhm… aku melakukan apa memangnya ayah?” tanyaku pura pura tidak mengerti. “kalau ayah bilang ‘sudah berapa anak yang menjadi korban’ berarti kau melakukan hal yang?” tanya ayah balik. “b…buruk? Tapi ayah, sungguh aku tidak ikutan, kok,..” suasana makin mencekam. “maksudmu? Kenapa kau mengaku begitu? Kalau begitu anak anak yang melapor ke ayah kemaren itu siapa??” aku termangu. “belum lama ini, gurumu juga melaporkan itu. Ayah tahu kau pintar tapi apa gunanya kalau kepintaranmu dipakai untuk kekerasan? Jangan mentang mentang kau adalah orang yang kaya, pintar, punya kuasa dan semata wayang akhirnya kau habisi anak orang lain!!” ayah melempar sendok kearahku. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, mungkin ayah sudah muak dengan semua laporan pembulian yang kulakukan, tapi ayah menyimpan emosi untuk hari ini.
“akan ada hukuman untukmu” tegas ayah dengan singkat. “sekali lagi kau mengulanginya, kau tak akan kubiarkan pergi bersekolah ke Amerika!” Aku tercenggang. Sungguh? Ini buruk sekali, aku tak boleh membiarkan mimpiku habis begitu saja. “a..a..aku tak akan mengulanginya lagi, maaf ayah..” aku menunduk ketakutan. Ayah pun Kembali ke kamarnya sambil membawa rasa kesalnya itu.
Dalam perjalananku menuju perpustakaan, aku terus memikirkan perkataan ayahku. Ayahku kecewa, ia mungkin telah berpikir bahwa aku anak yang baik sepenuhnya, tapi ternyata kenyataan telah menghabisi pikiran dan harapan itu, maafkan aku ayah.
Tapi tetap saja dalam kondisi apapun, aku rasa aku tidak bisa meninggalkan sikap sok berkuasa. Aku takut kalau masalah ini akan merusak impianku.
Kaku, takut, brakk!! Aku terjatuh dalam lamunanku. “ahh, maafkan aku! Maafkan aku!” sahut seseorang yang merasa bersalah karena terjatuhnya aku. Suara itu seperti suara gadis yang kukenal. “Che.. Cherine?” aku berdiri menghadapnya. “Nikola? Kau tidak apa apa, kan?” Cherine memeriksa seluruh badanku. “ah, tenang saja, tenang saja. Senang bertemu denganmu lagi, Cherine. Kamu mau kemana? Kok, kamu sendirian?” Cherine tertawa kecil. “ke perpustakaan, pasti kamu juga mau ke perpustakaan kan, Professor?” canda Cherine. Cherine, manis sekali dia. Ia menggunakan gaun selutut berwarna merah muda dengan renda putih mengelilingi bagian bawah bajunya dan lehernya. Rambutnya pirang Panjang sebahu, dengan matanya yang biru cerah seperti langit membuatku lega hari ini. Untung dia disini, dia menghiburku meski dia tak tahu apa masalahku.
“halooo, professor? Mengaku lah kalau kau ingin ke perpustakaan” Cherine menghamburkan lamunanku. “ahh, iya kok. Tentu saja, ayo kita jalan Bersama” pertama kalinya dalam hidupku, ke perpustakaan Bersama Cherine?? Ya ampun, hatiku senang sekali. Ke perpustakaan Bersama sosok gadis yang sangat amat berambisi seperti Cherine, adalah keinginanku selama ini. “hei, kita harus cepat loh, ya.” Kata Cherine dengan tegas. “eum, kenapa?” tiba tiba hal yang tak terduga, Cherine memegang lenganku, mengambil posisi untuk Bersiap, dan ia menarikku sambil berlari. “Che.. Cherine! Yang benar saja!” kataku sambil berlari karenanya. Kami melewati keramaian dan menjadi dua figur yang mencolok. Cherine tertawa Bahagia. Rambutnya menjulur kemana mana. Energi Cherine banyak sekali, ia berlari dan menarikku sekuat tenaga padahal berat badanku lebih berat 10 kilogram darinya!
Tapi, ada satu hal yang kulupakan saat itu. Harusnya aku melarangnya melakukan hal ini. Meski ia memiliki energi berlebih, tubuh Cherine sebenarnya dalam keadaan sangat lemah. Hingga akhirnya, sesuatu yang tidak kuinginkan itu terjadi.
Cherine tiba tiba melambat, berjalan seperti orang kelelahan. “Cherine?” tiba tiba ia batuk batuk sambil bersandar ke tubuhku. Hal yang tak terduga, Cherine batuk sambil mengeluarkan darah. “aa..aaku sesak..lagii” aku kebingungan. Kita sudah lari begitu jauh dari rumah sakit dan sudah dekat dari perpustakaan. “nikola..” lalu ia terjatuh tak sadarkan diri. “Cherine!”
ns3.15.31.125da2